Archive for the ‘Ulama Aswaja’ Category
Ulama yang bermadzab Syafi’i
KURUN KE-3 HIJRIAH
- Al-Imam Asy-Syafi’i (Wafat 204H)
- Al-Imam Al-Humaidi (wafat 219H)
- Al-Imam Al-Buwaiti (wafat 231H)
- Al-Imam Ishaq bin Rahuyah (wafat 238H)
- Al-Imam Muhammad bin Syafi’i (wafat 240H)
- Al-Imam Al-Karabisi (wafat 245H)
- Al-Imam At-Tujibi (wafat 250H)
- Al-Imam Al-Muzani (wafat 264H)
- Al-Imam Harmalah At-Tujibi (wafat 243 H)
- Al-Imam Bukhari (wafat 256H)
- Al-Imam Az-Za’farani (wafat 260H)
- Al-Imam Muslim (wafat 261H)
- Al-Imam Ahmad bin Syayyar Al-Marwazi (wafat 268H)
- Al-Imam Ar-Rabi’ ibn Sulaiman Al-Muradi (wafat 270H)
- Al-Imam Ibnu Majah (wafat 275H)
- Al-Imam Abu Daud (wafat 275H)
- Al-Imam Abu Hatim Ar-Razi (wafat 277H)
- Al-Imam Ad-Darimi (wafat 280H)
- Imam Abu Ja’far At-Tirmizi (wafat 295
- Al-Imam Junaid Al-Baghdadiy (wafat 298H)
Riwayat hidup Sheikh Abdul Qadir Al Jailani
NASAB
Sayyid Abu Muhammad Abdul Qadir dilahirkan di Naif, Jailan, Iraq, pada bulan Ramadhan 470 H, bertepatan dengan th 1077 M. Ayahnya bernama Shahih, seorang yang taqwa keturunan Hadhrat Imam Hasan, r.a., cucu pertama Rasulullah saw, putra sulung Imam Ali ra dan Fatimah r.a., puteri tercinta Rasul. Ibu beliau adalah puteri seorang wali, Abdullah Saumai, yang juga masih keturunan Imam Husein, r.a., putera kedua Ali dan Fatimah. Dengan demikian, Sayid Abdul Qadir adalah Hasani sekaligus Huseini.
MASA MUDA
Sejak kecil, ia pendiam, nrimo, bertafakkur dan sering melakukan agar lebih baik, apa yang disebut ‘pengalaman-pengalaman mistik’. Ketika berusia lapan belas tahun, kehausan akan ilmu dan keghairahan untuk bersama para saleh, telah membawanya ke Baghdad, yang kala itu merupakan pusat ilmu dan peradaban. Kemudian, beliau digelari orang Ghauts Al-Azam atau wali ghauts terbesar.
Dalam terminologi kaum sufi, seorang ghauts menduduki jenjang ruhaniah dan keistimewaan kedua dalam hal memohon ampunan dan ridha Allah bagi ummat manusia setelah para nabi. Seorang ulama’ besar di masa kini, telah menggolongkannya ke dalam Shaddiqin, sebagaimana sebutan Al Qur’an bagi orang semacam itu. Ulama ini mendasarkan pandangannya pada peristiwa yang terjadi pada perjalanan pertama Sayyid Abdul Qadir ke Baghdad.
Benarkah Imam Abu Hasan Al-Asy’ari Melalui 3 Fase Pemikiran? [Seperti yang diisukan Wahabiyyin]
Pengantar
Khusus kepada mereka yang JUJUR dan BENAR-BENAR ingin memahami tentang jawaban dari dakwaan golongan Wahabi mengenai al-Imam Abu al-Hasan al-Asy`ari bertaubat dari manhaj yang disusun oleh beliau sekarang ini. Kami sediakan artikel ini agar kekeliruan yang dicetuskan oleh golongan Wahabi ini dapat dipadamkan. Artikel ini perlu dibaca sehingga habis, jika tidak maka anda tidak akan faham. Baca perlahan-lahan, seksama dan hindarkan membaca dalam keadaan emosi.
Ada artikel yang tersebar di kalangan sebagian pakar, khususnya di kalangan golongan wahhabi yang mengatakan bahwa perjalanan pemikiran al-Imam Abu al-Hassan al-Asy`ari melalui tiga fase perkembangan dalam kehidupan beliau. (Lihat Mauqif Ibn Taimiyah min al-Asya`irah, Abd al-Rahman bin Saleh al-Mahmud(1995), Maktabah al-Rusyd, Riyadh, hal. 378.)
Pertama: Fase ketika al-Imam Abu al-Hassan al-Asy`ari mengikuti fahaman Muktazilah dan menjadi salah satu tokoh Muktazilah hingga berusia 40 tahun.
Kedua: Fase di mana al-Imam Abu al-Hassan al-Asy`ari keluar dari aliran Muktazilah dan merintis mazhab pemikiran teologis (ilmu akidah) dengan mengikuti mazhab Ibn Kullab.
Ketiga: Fase di mana al-Imam Abu al-Hassan al-Asy`ari keluar daripada mazhab yang dirintisnya yaitu mengikuti mazhab Ibn Kullab dan kembali kepada Ahl al-Sunnah Wa al-Jama`ah yang mengikut manhaj Salaf al-Salih dengan mengarang sebuah kitab yang berjudul al-Ibanah `an Usul al-Diyanah.
Berdasarkan hal ini, golongan Wahabi membuat kesimpulan bahwa mazhab al-Asy`ari yang berkembang dan diikuti oleh mayoritas kaum muslimin hingga dewasa ini adalah pemikiran al-Imam Abu al-Hassan al-Asy`ari pada fase kedua yaitu mengikuti mazhab Ibn Kullab yang bukan merupakan pemahaman Ahl al-Sunnah Wa al-Jama`ah dan telah dibuang oleh al-Imam al-Asy`ari, dengan kitab terakhir yang ditulis oleh al-Imam Abu al-Hassan al-Asy`ari yaitu al-Ibanah `an Usul al-Diyanah.
Read the rest of this entry »
Pesantren Rubath Tarim Hadramaut Yaman
Sekilas mengenal profil pesantren Rubat Tarim yang telah banyak menelorkan ulama besar di Asia Tenggara, Afrika dan penjuru dunia lainnya
Pendahuluan
Kota Tarim sejak dulu merupakan pusat ilmu dan penyebaran agama Islam, pakar sejarah mengatakan demikian. Kerena, melalui perantau yang berasal dari kota ini pada khususnya dan Hadramaut pada umumnya Islam menyebar hingga ke Timur Asia, India, Indonesia, Malaysia, Berunei Darussalam, Fhilipina, Singapura, juga belahan Afrika, Kongo, Somalia, dan Sudan.
Mereka para muhajirin tersebut pergi untuk berdakwah, dan untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka berdagang, hingga negeri-negeri yang dulunya kafir berubah menjadi negeri-negeri Islam.
Sayyidina Imam Ahmad bin Hasan al-Attas menyebutkan bahwa sebagian ulama Tarim telah hijrah sejak lebih dari 1000 tahun lalu, diantara mereka ada yang menjadi qadhi (hakim) di Mesir, padahal negeri ini dan al-Azharnya sudah terkenal sejak dulu sebagai pusat cendekiawan-cendekiawan muslim.
Pada abad-abad selanjutnya fenomena ini mulai berubah, jika sebelumnya para ulama hijrah dari kota Tarim Al-Ghanna ini, kini orang mulai berdatangan ke Tarim untuk menuntut ilmu. Itu terjadi baik dimasa hidup Habib Syekh Abu Bakar bin Salim, masa putra beliau Hamid dan Husin juga di masa Imam Abdullah al-Haddad. Hal ini terjadi terus menerus hingga pada paruh pertama abad ke-13 H. Kota Tarim kian dipenuhi pendatang asing, diantara mereka Sayyid Imam al-Habib Sholeh al-Bahrain, Salim bin Sa’id bin Syumaeil, Syekh Abdullah Basaudan, al-Habib Abu Bakar bin Abdullah al-Attas, dan sebagainya. Pendatang-pendatang ini tinggal di mesjid-mesjid dan juga di zawiyah-zawiyah yang ada di Tarim.
Read the rest of this entry »
Habib Ali Zainal Abidin bin Abdurrahman Al-Jufri
Habib Ali Zainal Abidin bin Abdurrahman Al-Jufri dilahirkan di kota Jeddah, Arab Saudi tepat sebelum fajar pada hari Jumaat, 16 April 1971 bertepatan 20 Safar 1391 H, dari orang tua yang sampai pada keturunan Imam Hussein bin Ali ra.
Berwajah tampan dengan sosoknya yang tinggi besar dan berbadan tegap. Jubah dan sorban yang dikenakan membuatnya lebih berwibawa. Saat ini beliau menjadi idola dan panutan para kawula muda di negara-negara Timur Tengah. Dialah Habib Ali Zainal Abidin bin Abdurrahman Al Jufri. Ayah beliau pernah menjabat sebagai Wakil Presiden Yaman Selatan, saat negeri Yaman belum menjadi Negara kesatuan seperti sekarang ini. Sejak kecil Habib Ali berguru kepada Al Maghfurlah Al Imam Al Habib abdulqadir bin Ahmad Assegaf, Jeddah, Saudi Arabia. Beliau mendapatkan nadzrah (pandangan) khusus dari Al Imam Al Habib abdulqadir bin Ahmad Assegaf. Kemudian Al Imam Al Habib abdulqadir bin Ahmad Assegaf memerintahkan beliau untuk mengikuti Habib Umar bin Muhammad bin Hafidz bin Syeikh Abibakar dan beliau termasuk generasi awal murid-murid Habib Umar bin Hafidz. Sejak awal keistimewaan Habib Ali Al Jufri sudah nampak baik bakat suluknya maupun keistimewaan akalnya yang tajam dan cerdas melampaui murid-murid lainnya.
Read the rest of this entry »